Pembukaan Kejuaraan Dayung atau Balap Jukung Tradisional di Bawah Jembatan Bromo Banjarmasin, Minggu (7/1/2024).
POSBORNEO.COM, BANJARMASIN – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) resmi membuka kejuaraan Dayung atau Balap Jukung Tradisional di Bawah Jembatan Bromo Banjarmasin, Minggu (7/1/2024).
Pelepasan peserta langsung dilakukan oleh Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor diwakili oleh Biro Administrasi Pimpinan, Berkatullah dan pejabat lainnya.
Ia mengatakan, antusias peserta mengikuti kejuaraan balap jukung di Banjarmasin cukup tinggi.
“Ada 64 peserta yang ikut festival, itu pun sudah dibatasi. Seandainya kita buka lagi makin banyak yang ingin bergabung,” katanya.
Lebih lanjut ditambahkannya, lomba ini terbuka untuk umum dan pesertanya berasal dari Banjarmasin hingga ada dari Barito Kuala.
“Festival ini memperebutkan Piala Paman Birin Cup 2024 dan hadiah jutaan rupiah,” ujarnya.
Lalu diterangkannya, perlombaan tersebut dimainkan dengan sistem gugur dan peserta beradu kecepatan mendayung jukung di aliran Sungai Mantuil dengan jarak yang ditempuh sejauh 400 meter.
Dipilihnya untuk pertama kali lokasi di Sungai Mantuil atau Bawah Jembatan Bromo karena memiliki pesona alam yang luar biasa, dan daya tarik wisata bagi wisatawan yang berkunjung sekaligus dapat memberikan hiburan bagi masyarakat sekitar bantaran sungai.
“Mungkin ke depan event ini akan kami kembangkan dan diperluas lagi pesertanya sampai ke luar daerah,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga Dispora Kalsel, Budiono mengatakan kegiatan ini menjadi motivasi khususnya bagi pecinta olahraga dayung untuk semakin giat berlatih.
“Sehingga nantinya dapat melahirkan bibit atlet serta mengembangkan potensi atlet untuk memperkuat Kalsel dalam kejuaraan baik di nasional maupun internasional,” ujarnya.
Sementara itu, Kasi Pengembangan Olahraga Rekreasi, Tradisional dan Layanan Khusus Dispora Kalsel, Rizal Hamid menambahkan kegiatan ini menjadi wahana untuk lebih memahami, menghargai, dan merayakan pesona perahu tradisional.
Perahu-perahu ini kata Rizal bukan hanya sekedar sarana transportasi, tetapi juga merangkum sejarah, keterampilan, dan kekayaan budaya yang tidak ternilai.
Ia juga berterima kasih kepada semua elemen, yang telah menjaga dan merawat warisan budaya ini.
“Dan terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi dalam menjaga warisan ini tetap hidup,” katanya.