Presiden Joko Widodo usai meninjau RSUD Mas Amsyar Kasongan, Katingan, Kalimantan Tengah, Rabu (26/4/2024).
POSBORNEO.COM, KASONGAN – Presiden Joko Widodo soroti ketersediaan kamar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mas Amsyar Kasongan, Katingan, Kalimantan Tengah.
Saat melakukan peninjauan ke RSUD tersebut, Rabu (26/6/2024), Presiden mendapati keberadaan kamar hanya berjumlah 53.
“Saya kira di sini kamarnya kurang, hanya 53 kamar, seharusnya bisa di atas 100 dikit lah. tadi saya sampaikan ke Pak Menkes, dilihat karena juga lahannya juga di sini ada.
Presiden sudah meminta Menteri Kesehatan melihat lahan yang tersedia untuk pembangunan kamar tambahan. Dia menyampaikan bahwa Bupati Katingan telah menawarkan lahan 5 hektare untuk ditinjau kelayakannya.
“Nanti tim dari Kemenkes akan melihat. Karena segera tahun ini di sini akan dikirim CT scan, mamografi, incubator, semua yang mahal-mahal itu mau dikirim. Kenapa kita ke sini? kita ingin melihat kesiapan ruangannya,” kata Joko Widodo.
Direktur UPT RSUD Mas Amsyar Kasongan dr. Agnes Nissa Paulina menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Presiden karena menyempatkan diri meninjau pelayanan di RSUD Mas Amsyar Kasongan, yang merupakan rumah sakit tipe C satu satunya milik Kabupaten Katingan.
“Kami bangga, kami bahagia, kami terharu, dan kami bersyukur karena kami punya kesempatan dikunjungi. Kami berharap bisa meningkatkan pelayanan, sehingga kami bisa memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Katingan khususnya dan masyarakat Kalimantan Tengah umumnya,” ujar dr. Agnes.
Dia menyampaikan harapan kepada Presiden Joko Widodo untuk mendukung relokasi RSUD di lahan yang telah disediakan, karena lokasi RSUD saat ini beberapa kali terkena banjir hingga menyebabkan pelayanan rumah sakit lumpuh.
“Rumah sakit ini sudah pernah banjir tahun 2022, kami mohon Presiden mendukung untuk relokasi rumah sakit di lahan seluas 5 hektare yang telah disediakan,” kata dia.
Dia menyampaikan bahwa banjir melanda akibat luapan sungai.
Banjir menyebabkan alat-alat kesehatan terendam dan listrik terpaksa dimatikan oleh PLN.
“Listrik padam tujuh hari, dipadamkan PLN, karena kami punya banyak ground (kelistrikan bawah tanah). Alkes tidak bisa kami selamatkan contoh radiologi stasionernya tidak bisa kami selamatkan,” kata Agnes. (Sumber : ANTARA)